Kang Jumari

Kang Jumari

Belajar Bersama Kang Jumari

He..he...yuk kita belajar bersama tentang segalanya di jagad seisinya. Met!....bergabung ya....

Rabu, 26 Desember 2007

TEORI BELAJAR DONALD A. NORMAN

TEORI BELAJAR

DONALD A. NORMAN

A. Pendahuluan

Pada pembahasan sebelumnya kita telah mengenal beberapa teori belajar, yaitu teori fungsionalistik dan teori asosianistik. Dalam bukunya Olson dan Hergenhahn, An Introduction to Theories of Learning terbagi dalam empat kelompok yaitu teori fungsionalistik, teori asosianistik, teori kognitif dan teori neurophysiologi. Adapun dalam pembahasan ini tergolong dalam bahasan teori kognitif.

Jika dalam pembahasan sebelumnya telah dikemukakan beberapa tokoh yang tergolong teori kognitif, seperti tokoh teori Gestalt, Jean Peaget, Tolman, Albert Bandura dan kali ini yang terakhir dari teori kognitif bukunya Olson dan Hergenhahn, yaitu Donald A. Norman. Siapakah dia? Bagaimana pemikirannya? Dan kenapa dia digolongkan dalam kelompok teori kognitif, apakah pemikirannya termasuk yang baru atau sudah ada sebelumnya? Bagaimana pula Islam menyikapi terhadap pemikiran Norman ini? akan dibahas dalam tulisan berikut, meskipun dalam pembahasannya masih kurang begitu detail.

Dalam bukunya Olson dan Hergenhahn ini bahwa Norman dimasukkan sebagai wakil dari teori belajar dengan pendekatan proses informasi.[1] Karena apa yang dilakukan Norman adalah Pendekatan proses informasi tidak ubahnya teori behavioristik (teori operant conditioning), teori kognitif juga beranggapan bahwa reinforcement itu penting dalam belajar, hanya saja alasannya berbeda. Menurut teori beharvioristik, reinforcement itu memperkuat respon atau tingkah laku, sedangkan teori kognitif memandang reinforcement sebagai sumber umpan balik. Umpan balik ini memberitahukan tentang apa yang mungkin terjadi kalau tingkah laku diulang-ulang. Menurut teori ini pula, reinforcement itu berfungsi untuk mengurangi ketidak pastian dan karenanya mengarah ke pemahaman dan penguasaan.[2]

Menurut Olson dan Hergenhahn bahwa kemunculan psikologi proses informasi dilatar belakangi oleh beberapa pemikiran:

  1. Psikologi S-R yang berpandangan bahwa manusia berinteraksi dengan lingkungan secara otomatis, seperti cara mesin.
  2. Psikologi kognitif yang didoroang oleh Tolman, Bandura dan Peaget yang lebih menekankan pentingnya informasi, harapan, keyakinan dan skemata.
  3. Cybernetik, yang berpandangan bahwa manusia secara konstan menguji sensory input melawan beberapa standard dan kemudian jika ada ketidak cocokan diantara keduanya, maka yang menarik pada kesesuaian tingkah laku hingga ketidak cocokan dihilangkan.
  4. Robotology, yang sukses menciptakan suatu jenis mesin dan peralatan yang secara sukses menirukan aktifitas tertentu kehidupan organisme.
  5. Teori informasi, yang menkonsep tindakan sebagai sesuatu cara yang obyektif pengukuran informasi dan menunjukkan bagaimana infromasi dikodekan dengan sistem komunikasi.
  6. Komputer, komputer yang bertindak sebagai model kekuatan dengan studi proses kognitif manusia.[3]

B. Sekilas tentang Donald A. Norman

Dalam bukunya An Introduction to Theories of Learning, Olson dan Hergenhahn memilih Donald A. Norman sebagai representasi dari psikologi proses informasi (information processing of psychology) karena ketertarikan secara khusus pada belajar dan secara konsern serta komprehensif mendalami hal itu dari pada kerja yang lainnya.

Donald A. Norman lahir tahun 1935. Beliau adalah profesor psikologi pada University of California, San Diego. Beliau juga menjabat sebagai Direktur pada Institute for Cognitive Science dan pimpinan disiplin program doctoral di Cognitive Science. Norman menerima gelar kesarjanaannya dari Massachusetts Institute of Technology dalam bidang Electrical Engineering pada tahun 1957. Beliau menerima gelar Masternya dari University of Pennsylvania dalam bidang Electrical Engineering pada tahun 1959 dan gelar Doktornya diperoleh dari institusi yang sama dalam bidang psikologi matematika di tahun 1962. Dia menjadi dosen dan peneliti di Harvard University dari tahun 1963 hingga dia bergabung pada sebuah fakultas di University of California, San Diego, di mana dia berada sejak saat itu.

Norman telah menulis berbagai artikel dan buku-buku yang berpengaruh, termasuk Human Information Processing: An Introduction to Psychology (1977) yang beliau tulis bersama temanya Peter H. Lindsay. Norman lebih tertarik pada aplikasi teorinya. Beliau mengaplikasikan fokus kerja pada apa yang disebut dengan cognitive engineering yang bisa digunakan untuk mengembangkan human machine interactive system yang akan mengurangai kesalahan insiden manusia. Beliau juga menulis The Psychology of Everyday Things (1988), menunjukkan bagaimana mendisain peralatan dan mesin yang tepat bisa dengan signifikan mereduksi kecelakaan dan kesalahan. Penelitian Norman meliputi penyusunan topik-topik dari memory, attensi, dan pembelajaran untuk berperan secara sadar dan sub sadar mekanis dalam mengontrol behavior manusia. Penekananya selalu pada bagaimana semua sistem body and cognitive mempengaruhi dan tidak mempengaruhi pada isolated system.[4]

C. Pemikirannya

Donald A. Norman telah cukup banyak menulis berbagai buku dan artikel-artikel yang cukup berpengaruh di antaranya juga sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya. Bahwa Norman ini walaupun secara biografis tidak linier dalam bidang pembelajaran, akan tetapi pada kenyataanya beliau lebih intens untuk melalukan penelitian-penelitian tentang pembelajaran yang lebih menitik tekankan kepada proses kognitif. Sebagaimana tokoh-tokoh sebelumnya dalam bukunya Olson dan Hergenhahn ini tentang kelompok teori kognitif dan Norman dimasukkan ke dalam kelompok teori ini dengan spesialisasi sebagai tokoh Information Processing Psychology (psikologi pemrosesan informasi).

Adapun teori atau pemikiran, pendapat Norman tentang belajar yang bisa diungkap dalam buku An Introduction to Theories of Learning ini adalah sebagai berikut:

  1. Hukum pembelajaran (Law of Learning)

Adalah pemikirannya tentang belajar yang terwujud dalam tiga hukum, semuanya yang menekankan pada causal hubungan antara tindakan dan hasil. Meliputi:

a) Hukum hubungan sebab akibat (The law of causal relationship)

Adalah untuk suatu organisme untuk menghubungkan belajar antara suatu tindakan khusus dan suatu hasil, sesuatu yang harus menjadi suatu hubungan sebab akibat yang jelas diantara keduanya. Ini yang disebut hukum hubungan sebab akibat.

b) Hukum belajar sebab akibat (The law of causal learning)

Dalam hukum belajar sebab akibat mempunyai dua bagian: pertama, untuk hasil yang diinginkan, organisme yang mencoba untuk mengulangi tindakan-tindakan tertentu yang memiliki suatu hubungan sebab akibat yang jelas pada hasil yang diinginkan. Kedua, untuk hasil yang tidak diinginkan, organisme yang mencoba untuk menghindari tindakan-tindakan itu yang mempunyai suatu hubungan sebab akibat yang jelas untuk hasil yang tidak diinginkan.

c) Hukum umpan balik informasi (The law of information feedback)

Dalam hukum umpan balik informasi ini, hasil dari suatu penyajian peristiwa sebagai informasi tentang peristiwa tersebut.

  1. Cara pembelajaran (Modes of Learning)

Dalam kajian tentang mode-mode pembelajaran, Rumelhart and Norman (1981) memperlihatkan kedekatan hubungan antara pendekatan proses informasinya (information processing approach) dan pandangan Piaget tentang pengembangan pengetahuan (developmental knowledge). Adapun mode of learning-nya sebagai berikut:

1. Accretion (Pertumbuhan)

Merupakan penambahan pengetahuan pada skemata yang ada, tanpa mengubah strukturnya dalam cara-cara yang mendasar. Contoh belajar mengendarai mobil yang sebelumnya tidak bisa mengendarainya. Norman (1982) menulis, agaknya kita telah memiliki kerangka pengetahuan tentang struktur automobil dan mekaniknya. Namun, kita masih harus belajar tentang mobil baru dan bagian-bagiannya yang penting. Sebagaimana mobil kita memasukkan aspek-aspek baru ke dalam memory sesuai dengan bentuk maupun caranya.

2. Structuring (Penyusunan)

Ketika keberadaan skemata tidak memperkenankan negosiasi dengan lingkungan secara efektif. Norman, menunjukkan kepada belajar skemata sebagai struktur, namun banyak kesulitan jenis belajar ini. Penggunaan contoh di atas, ketika orang pertama kali belajar bagaimana mengendarai sesuatu, maka ia harus belajar suatu skema mengendarai; tugas yang sulit ini dikerjakan, meskipun dapat diterapkan pada hampir semua automobil dengan relatif menyenangkan.

3. Tuning (penyelarasan)

Merupakan penyesuaian suatu skema pada suatu jenis situasi hubungan yang luas. Tuning mencoba memasukkan hal yang amatir pada bentuk yang ahli dan ini menunjukkan keterlambatan jenis belajar. Dalam proses ini dituntut untuk selalu menyelaraskan dengan yang lebih mampu, yang amatir harus selaras dengan yang ahli. Hal ini tidak mudah dan akan membutuhkan waktu yang banyak untuk menyelaraskannya.

4. Learning by analogy (pembelajaran dengan analogi)

Model ini menurut Norman berisi bahwa belajar skemata baru selalu dihubungkan dengan skemata yang sudah ada. Dalam proses ini beranggapan bahwa skemata yang ada merupakan suatu analogi yang sempurna untuk yang lain, padahal belajar dengan analogi ini hampir selalu kurang sempurna.

  1. Memory (Ingatan)

Menuut Ellis dan Hunt (1993) Memory atau ingatan menunjuk pada proses penyimpanan atau pemeliharaan informasi sepanjang waktu (maintaining information overtime). Seseorang dapat menyimpan kode nomor telepon tertentu dalam ingatannya untuk jangka waktu kurang dari satu detik, atau sepanjang hayatnya. Hampir semua aktifitas manusia selalu melibatkan aspek ingatan. Oleh karena itu ingatan menjadi sesuatu yang sangat penting dalam proses kognitif manusia.[5] Sementara itu, Menurut Norman bahwa terdapat tiga hal yang harus dikelola untuk mengingat dengan sukses, yaitu akuisisi (acquisition), retensi (retention) dan mengingat kembali (retrieval).[6] Adapun memory menurut Olson dan Hergenhahn terbagi menjadi tiga yaitu:

1. Sensory memory (SM)

Sensory memory atau sensory store adalah bermula ketika reseptor diaktifkan dan berakhir selama satu detik, sebagaimana memory menyimpan banyak sekali informasi, tetapi informasi yang tersedia hanya membutuhkan waktu yang sangat singkat.

2. Short term memory (STM)

Short term memory disebut juga short term store dan primary memory. Merupakan materi memory yang diseleksi dari sensory memory untuk diproses terlebih dahulu sebagaimana memory berakhir selama 15 detik. Dengan kata lain proses penyimpanan suatu informasi hanya membutuhkan waktu yang cukup singkat dan untuk jangka waktu yang cukup singkat pula.[7]

3. Long term memory (LTM)

Long term memory disebut juga long term store dan secondary memory. Adalah jika materi dalam short term memory dilatih kembali cukup lama, hal itu menjadi bagian dri long term memory. Hal itu dalam long term memory dimana skemata disimpan. Sebagaimana memory berakhir dalam jangka waktu yang tak terbatas. Hal ini dapat dipahami bahwa proses penyimpanan untuk tetap bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama bahkan seumur hidup.[8]

  1. Cognitive engineering

Merupakan suatu bidang yang mengambil kenyataan dari ilmu pengetahuan kognitif dan diaplikasikan pada teknologi modern. Dari sini menurut Norman setelah melakukan berbagai studi kasus bahwa kesalahan tidak pada kesalahan manusia, akan tetapi pada disain peralatan yang diopeasikan. Sehingga dia mengklaim bahwa kesalahan tidak pada kesalahan operator, tetapi pada sistemnya.[9] Ketertarikan Norman pada Conitive engeenering ini menelorkan bukunya yang berjudul The Psychology of Everyday Things (1988).

D. Kritik terhadap Norman

Donald A. Norman sebagaimana Olson dan Hergenhanhn memasukkan dalam kelompok teori kognitif dan sebagai representasi dari Psikologi dengan pendekatan proses informasi. Sebelumnya kajian-kajian kognitif dipandang sebagai sesuatu yang misterius dan tidak mungkin akan dapat dikaji secara ilmiah. Namun dengan keberadaan teori proses informasi ini memberikan kepercayaan bahwa tidak benar kognitif sebagai sesuatu yang misterius.

Pendekatan proses informasi, khususnya yang ditampilkan oleh Norman mendorong sintesa sejumlah sifat manusia. Sebagai contoh, Norman menekankan faktanya bahwa hasil tingkah laku manusia dari interaksi kondisi arus stimulus, memory pengalaman masa lalu, emosi, kepercayaan, sikap, pengaruh sosial dan budaya, dan kehadiran manusia laki-laki. Menurut Norman, untuk memahami kebenaran mengapa manusia bertindak sebagaimana yang dia lakukan, kita harus memahami bagaimana variabel ini dan yang lain berinteraksi dengan yang lain. Pendekatan ini tidak mendorong studi tingkah laku manusia yang terisolasikan seperti inteligensi, memory, formasi konsep, atau problem solving. Inilah kompleksitas dan kesempurnaan manusia diakui.

Pendekatan proses informasi cocok dengan teknologi komputer setidaknya dalam rentetan aplikasi yang lebih sederhana. Sebagaimana yang telah diketahui, banyak tokoh psikologi proses informasi, tidak seperti ahli psikologi yang lain, dalam suatu posisi memanfaatkan komputer untuk menguji asumsi-asumsinya tentang bagaimana manusia memproses informasi. Komputer sekaligus suatu alat kekuatan penelitian dan suatu model yang membangkitkan fungsi kognitif manusia dan banyak ahli psikologi proses informasi menggunakan komputer sebagai caranya.

Karena para ahli psikologi proses informasi sering menggunakan komputer untuk proses simulasi yang dipelajarinya, maka pendekatan ini disebabkan para ahli psikologi menjadi lebih tepat dengan konsep dan teorinya. Sebagaimana telah kita catat, sebelum suatu teori dapat dimasukkan dalam program komputer. Hal itu harus dinyatakan dengan jelas dan tepat, dan hal itu harus dikonsistenkan dengan logic. Jika suatu program tidak jelas menjadi membosankan komputer. Komputer tidak akan bekerja atau memproduksi hasil yang tidak berarti. Itulah pendekatan proses informasi pada psikologi yang menyediakan pelayanan yang sama sebagaimana belajar model matematika. Yaitu, menyebabkan peneliti mengklarifikasi definisi istilah-istilahnya dan ketepatan dalam memformulasikan teori-teorinya.

Teori yang dikemukakan oleh Norman ini tentang psikologi proses informasi ini, apabila dikaji dari sudut pandang Islam sebenarnya sudah ada dan sudah jelas dalam kitab sucinya Al Qur'an. Karena yang disentuh oleh Norman tidak jauh dari permasalahan memory (ingatan), di mana hal ini tidak bisa dilepaskan dari proses mengingat dan berpikir. Berkaitan dengan hal itu, maka di dalam Al Qur'an telah banyak menyinggung tentang mengingat atau berpikir ini dengan kata-kata afalaa tatafakarun, afala ta’qilun, afala yatadzakarun dan lain sebagainya. Secara tidak langsung bahwa apa yang dilontarkan Norman dengan proses informasinya ini bukan suatu barang baru lagi.

Sebagai contoh Al Qur'an telah dengan jelas menyatakan tentang proses informasi ini:

$yJ¯RÎ*sù çm»tR÷Žœ£o y7ÏR$|¡Î=Î/ öNßg¯=yès9 tbr㍞2xtFtƒ ÇÎÑÈ

Sesungguhnya kami mudahkan Al Quran itu dengan bahasamu supaya mereka mendapat pelajaran. (Q.S. Ad Dhukhan (44): 58)[10]

E. Kesimpulan

Adanya psikologi proses informasi tidak bisa dilepaskan dari pada teori-teori belajar sebelumnya, baik itu asosianistik, kognitif maupun yang lain. Namun pada kenyataannya dalam teori psikologi prosesn informasi ini secara jelas menyatakan dengan jelas tentang aspek kognitif dari pada aspek behavioristiknya. Terbukti dalam bukunya Olson dan Hergenhahn ini menunjukkan proses informasi itu sendiri yang terdiri dari input, proses dan output. Dan proses ini lebih menunjukkan pengolahan pada proses yang terjadi dalam memory. Sehingga kemudian kekuatan memory ini dibagi menjadi dua yaitu memory jangka pendek dan memory jangka panjang. Ini kemudian muncul bahwa dalam suatu memory ada yang hanya mampu menampung informasi dalam jangka waktu tertentu.

Di samping itu, teori yang dikemukakan oleh Norman ini bukan suatu barang baru, akan tetapi telah muncul pada masa sebelum Norman mengemukakan pemikiran-pemikirannya, walaupun hal itu dalam terminologi yang berbeda.

F. Bibliografi

Olson and Hergenhahn, An Introduction to Theories of Learning. America: Prentice Hall, Inc, 1997.

M. Dimyati Mahmud, Psikologi Pendidikan: suatu pendekatan terapan. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1990.

Suharnan, Psikologi Kognitif . Surabaya: Srikandi, 2005.

Karen Markowitz dan Eric Jensen, Otak Sejuta Gigabyte: Buku Pintar Membangun Ingatan Super. Terj. Lala Herawati Dharma dan Esti A. Budihabsari. Bandung: Kaifa, 2003.

M. Usman Najati, Psikologi Dalam Al Qur'an: Terapi Al Qur'an Dalam Penyembuah Gangguan Kejiwaan. Bandung: Pustaka Setia, 2005.



[1] Olson and Hergenhahn, An Introduction to Theories of Learning (America: Prentice Hall, Inc, 1997), 366.

[2] M. Dimyati Mahmud, Psikologi Pendidikan: suatu pendekatan terapan (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1990), 129.

[3] Olson and Hergenhahn, An Introduction……….359-366.

[4] Olson and Hergenhahn, An Introduction to Theories of Learning…. 366.

[5] Suharnan, Psikologi Kognitif (Surabaya: Srikandi, 2005),67.

[6] Olson dan Hergenhahn, An Introduction to….377.

[7] Karen Markowitz dan Eric Jensen, Otak Sejuta Gigabyte: Buku Pintar Membangun Ingatan Super. Terj. Lala Herawati Dharma dan Esti A. Budihabsari (Bandung: Kaifa, 2003), 22.

[8] Ibid, 22-23.

[9] Olson and Hergenhahn, An Introduction……….385.

[10] M. Usman Najati, Psikologi Dalam Al Qur'an: Terapi Al Qur'an Dalam Penyembuah Gangguan Kejiwaan (Bandung: Pustaka Setia, 2005), 337.

Tidak ada komentar: